Sudah menjadi fakta umum bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan. Belasan ribu pulau di Indonesia dikelilingi oleh lautan yang luas. Maka tidak heran apabila Indonesia terkadang dijuluki negara agraris atau negara maritim. Luas perairan di Indonesia mencapai 2/3 dari total luas wilayah Indonesia dan panjang pantainya melebihi 81 ribu km. Potensi wilayah laut yang luas ini membuka peluang perkembangan sektor perikanan dalam negeri. Namun fakta ini tidak diikuti dengan tingginya konsumsi ikan dalam negeri. Sebagian besar ikan yang berasal dari dalam negeri diekspor ke beberapa negara, terutama jenis ikan tuna/tongkol yang paling banyak di konsumsi di seluruh dunia. Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2002-2015 sebanyak 1,020,704 ton ikan tuna/tongkol diekspor ke berbagai negara, diantaranya adalah Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, Singapura, Vietnam, Australia, Amerika Serikat, Belanda, Belgia, dan lainnya. Sedangkan potensi ikan tangkap sebesar 12,5 juta ton pada tahun 2016.
Peta potensi produksi ikan di Indonesia (Foto: Varia ID)
Sektor perikanan membuka peluang untuk peningkatan ekonomi negara. Banyaknya sumberdaya didukung dengan perkembangan teknologi menyebabkan sektor ini menjadi ladang bisnis yang prospektif. Permintaan hasil laut yang datang dari industri makanan, ritel, dan obat-obatan menjadikan prospek bisnis di sektor perikanan begitu menjanjikan. Oleh karena itu semakin banyak pelaku bisnis yang melakukan budi daya ikan, baik itu ikan air tawar maupun ikan laut melalui tambak.
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), Indonesia menjadi produsen ikan tangkap terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Apalagi Indonesia juga merupakan produsen kakap utama di dunia. Ada beberapa provinsi di Indonesia yang menjadi sentra produksi ikan nasional berdasarkan pendekatan location quotient (LQ), yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Salah satu alasan budidaya perikanan di Bangka Belitung menawarkan peluang bagus adalah permintaan cumi-cumi yang meningkat dari Thailand,yaitu sebanyak 250 ton. Ikan kerapu juga menjadi nilai jual yang ditawarkan untuk diekspor ke berbagai negara.
Petani rumput laut memanen hasilnya di Alor, Nusa Tenggara Barat (Foto: WWF Indonesia)
Tidak hanya ikan untuk konsumsi, ikan hias pun membuka pasar yang luas bagi masyarakat. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, animo masyarakat untuk memelihara ikan hias dari laut terus meingkat sehingga pemerintah menargetkan peningkatan produksi pada tahun 2017. Cara mencapai target tersebut, maka KKP akan menggenjot produksi di tiap sentra ikan hias dan mengembangkan kawasan potensial lain. Peningkatan produksi ini diharuskan diikuti dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan mementingkan ekologi setempat. Spesies ikan hias yang paling diminati masyarakat adalah ikan koi, ikan mas koki, ikan cupang, ikan lou han, dan ikan guppy.
Komoditas rumput laut juga berpotensi untuk dibudidayakan. Peningkatan harga dan permintaan dari negara lain turut menggenjot produksi rumput laut. Harga rumput laut di pasar mengalami peningkatan menjadi 12,000/kg sehingga menarik petani untuk berbudidaya rumput laut dan diolah menjadi berbagai produk sampingan. Selain itu, peran investor asing juga turut membangun perekonomian di sektor perikanan. Salah satunya investor Thailand, yaitu I.G.O Company Limited akan mengembangkan sentra perikanan di provinsi Aceh. Salah satu perusahaan asal Jepang juga menjalin kerja sama dengan produsen ikan tuna jenis yellow fin di provinsi tersebut. Hal ini didukung dengan kondisi perairan yang sesuai untuk habitat tuna sirip kuning, terutama untuk pemijahan dan penetasan telur ikan tuna di perairan Aceh. Projek kerja sama ini diharapkan dapat memberi peningkatan ekonomi rakyat dan memberdayakan nelayan lokal. Faktor pendukung lainnya adalah jumlah industri di sektor perikanan mencapai 17,000 yang sebagian besar berskala mikro. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi ikan juga menstimulasi pelaku bisnis dalam meningkatkan produksi mereka.
Ikan tuna yang berenang berkelompok di perairan Indonesia (Foto: Tempo)
Komentar: