Dalam melakukan budidaya ikan, metode-metode yang dapat diterapkan sangatlah beragam. Salah satunya adalah sistem bioflok. Sistem bioflok sedang gencar-gencarnya digalakkan oleh Dirjen Perikanan Budidaya KKP karena secara statistika sistem ini dapat meproduksi kuantitas ikan hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan rata-rata sistem budidaya ikan.
Source: Special Photo
Sistem bioflok bisa dikatakan sebagai sistem all packaged, karena sistem ini menerapkan media budidaya yang dibuat seperti kolam alami atau dengan mengadopsi rekayasa lingkungan. Seperti pada lingkungan alami tempat hidup ikan, maka sangat mengandalkan sekali keberadaan oksigen dan bahkan keberadaan mikroorganisme tertentu untuk menunjang pengingkatan daya cerna pakan oleh ikan tersebut.
Lalu, bagaimana cara kita melakukan budidaya ikan dengan sistem bioflok? Seperti biasanya, praktik budidaya pasti memerhatikan aspek-aspek utama seperti kolam pemeliharaan, pakan yang akan diberikan, maintainance atau perawatan ikan, hingga cara melakukan panen ikan yang baik agar tidak menurunkan kualitas ikan tersebut. Pada prinsipnya, sistem bioflok memanfaatkan lahan sempit, low budget, tapi masa panen dapat dikatakan singkat.
Tahap pertama yaitu membuat kolam ikan. Kolam dibuat dari plastik terpal dengan kerangka yang terbuat dari tumpukan batu bata, kerangkat dari besi, atau pun kayu. Untuk ukuran kolam sendiri, tergantung dari lahan yang dimiliki oleh peternak ikan. Tidak masalah jika lahan yang dimiliki tergolong sempit karena budidaya tetap bisa dilakukan, namun dalam skala bisnis, memang, lahan luas sangat dianjutkan karena penyebaran bibit pun juga semakin banyak.
Kelebihan sistem ini menarik sekali, jika dalam 1 m3 kolam pada umumnya hanya dapat menampung 100 ekor ikan saja, maka dengan sistem bioflok dapat menampung 10 kalo lipat dalam 1 m3 untuk menampung 1000 ekor ikan.
Temperatur lingkungan tempat hidupnya ikan menjadi salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan pula. Sangat disarankan membuat penutup kolam, mungkin bisa berupa kerangka kayu mau pun kerangka bambu. Hal ini bisa menjadi solusi perlindungan dari sinar matahari yang berlebihan dan juga rintikan hujan.
Dengan ini, kualitas air tempat memelihara ikan tetap terjaga. Selain penutup, aerator juga perlu dipasang pada kolam guna menjaga sirkulasi udara di dalamnya, air mengalir secara teratur, sehingga meminimalkan terjadinya penurunan kualitas air.
Selanjutnya, siapkan air yang sesuai untuk melakukan pembesaran benih-benih ikan. Langkah pertama, masukkan air sekitar tinggi 80 hingga 100 cm ke dalam kolam ikan sistem bioflok. Kemudian, masukkan sebanyak 5 ml per m3 bakteri pathogen yang merupakan probiotik, contohnya yaitu POC BMW. Probiotik dapat dibeli di toko khusus budidaya bidang pertanian atau pun spesifik pada toko budidaya ikan.
Jika sudah, masukkan pula pakan bakteri yang merupakan prebiotik seperti molase atau tetes tebu sebanyak 250 ml untuk 1 m3. Tambahkan 150 hingga 200 dolomit dengan bagian yang diperlukan adalah airnya saja pada malam hari. Kemudian, isi penuh kolam dengan air dan biarkan sekitar 7 sampai 10 hari agar pertumbuhan bakteri dapat terjadi secara maksimal.
Air yang sudah siap selanjutnya dapat diterapkan proses penebaran benih ikan dan juga perawatannya. Dalam memilih bibit ikan sebaiknya sebagai peternak haruslah selektif, karena benih yang berkualitas akan menentukan kualitas ikan nantinya, walaupun dari segi perawatan pun juga berkontribusi dalam menentukan hasil akhir.
Benih yang baik merupakan benih yang memiliki gerak yang aktif, warna dan ukuran yang seragam, dan organ tubuh yang tergolong lengkap atau tidak memiliki cacat fisik. Benih yang sudah diletakkan ke dalam kolam. Keesokan harinya dapat kita tambahkan lagi probiotik sebanyak 5 ml untuk 1 m3.
Dalam pemeliharaan lele selanjutnya yaitu dengan memberikan 5 ml probiotik, 1 sendok makan ragi tempe, 2 butir ragi tape, dan 200 hingga 300 gram dolomit pada malam hari dan ambil airnya saja.
Komposisi tersebut untuk setiap 1 m3 dan berlaku untuk 10 hari pertama pemeliharaan. Jika ikan sudah berukuran kurang lebih 12 cm, maka perawatan memasuki tahap kedua yaitu untuk 10 hari selanjutnya diberikan 5 ml probiotik, 2 – 3 sendok makan ragi tempe, 6 – 8 butir ragi tape, dan 200 – 300 dolomit.
Keberhasilan ternak ikan sistem bioflok tidak hanya dari hal-hal yang disebutkan di atas. Pakan yang berkualitas dengan pemberian yang intensif juga sangat menentukan. Biasanya, pakan diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 500 hingga 700 gram dalam sehari dengan jangka waktu 2 hingga 3 bulan. Sebaiknya, pakan yang diberikan yaitu sebanyak 80 persen dari kapasitas perut ikan.
Ada pun langkah agar menghindari timbulnya penyakit yaitu dengan menunda pemberian makan selama satu kali dalam satu minggu atau dengan memfermentasi terlebih dahulu pakan dengan probiotik. Jika menerapkan sistem tersebut, pemberian pakan dapat berkurang sebanyak 30 persen.
Pemanenan ikan merupakan tahap akhir dalam budidaya ikan. Pemanenan dalam sistem bioflok biasanya dilakukan setelah budidaya dilakukan selama 2,5 hingga 3 bulan. 1 kilogram berisi sebanyak 7 hingga 8 ekor ikan berukuran normal seperti ikan lele. Bagaimana? Mudah sekali bukan? Karena sistem ini sangat cocok bagi Anda yang ingin berbisnis di bidang komoditi ikan.
Komentar: