Penyakit antraks atau sering dikenal sebagai radang limpa. Penyakit ini identik sebagai penyakit yang sering menyerang hewan ternak terutama pada sapi. Tidak selalu sapi, namun antraks juga dapat menyerang semua jenis ternak yang berdarah panas. Bahkan, manusia pun dapat terjangkit penyakit ini. Antraks tergolong sebagai penyakit yang sifatnya zoonosis, yaitu penyakit yang penularannya dari hewan ke manusia.
Akibat Antraks
Namun, dari penularan antraks umumnya terjadi pada sesama hewan, hewan ke manusia, dan tetapi sejauh ini tidak pernah terjadi penularan sesama manusia. Penularan penyakit antraks umumnya terjadi karena 3 hal.
Penularan Penyakit Antraks
1. Penularan melalui luka pada kulit (cutaneous anthrax)
2. Makanan yang terkandung spora antraks di dalamnya (gastrointestinal anthrax) terutama makanan yang dimasak kurang matang dapat menjadi media penularan penyakit ini bagi manusia, dan
3. Saluran pernapasan atau bulu pada hewan ternak yang terkontaminasi spora antraks (inhalation anthrax).
Lalu, apa sebenarnya penyakit antraks itu? Penyakit antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini dapar membentuk spora yang dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun di tanah. Spora yang berasal dari bakteri jenis Bacillus ini cenderung resisten terhadap suhu tinggi dan bahkan bahan kimia yang sifatnya aseptik seperti desinfektan.
Kondisi yang paling memungkinan adanya spora dari bakteri ini adalah daerah tropis dengan segala kriteria lingkungan yang disebutkan sebelumnya. Sehingga, sangat disarankan untuk tidak melakukan autopsi pada hewan yang terjangkit radang limpa agar mencegah pembentukan spora.
Tanda-tanda atau gejala yang timbul pada organisme yang terjangkit penyakit antraks adalah yang pertama kematian secara mendadak hewan yang terjangkit. Kematian secara mendadak ini diikuti dengan terjadinya pendarahan pada bagian-bagian lubang seperti hidung, anus, mau pun pori-pori kulit. Selanjutnya.
Gejala Yang Ditumbulkan Yaitu :
1. terjadinya kesulitan bernapas hewan ternak, demam yang tinggi, kurang stabil ketika berdiri dan berjalan seperti tubuh yang gemetar dan sempoyongan ketika berjalan,
2. kondisi fisik keseluruhan cenderung melemah, dan bahkan hewan ternak sampai tidak sanggup berdiri.
3. Tanda-tanda selanjutnya yaitu pembengkakan pada area tenggorokan. Biasanya, gejala tersebut terjadi pada hewan ternak seperti kuda. Pada manusia, gejalanya berupa tukak atau luka pada kulit dan bahkan kematian secara mendadak pun bisa terjadi.
Lalu, apakah penyakit yang sangat membahayakan ini dapat dicegah? Tentu saja. Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit antraks adalah dengan melakukan vaksin untuk hewan ternak secara periodik. Disarankan melakukan vaksin secara rutin setiap tahun terutama pada hewan yang terkena wabah penyakit juga hewan-hewan disekitarnya. Kemudian, perhatikan dan awasi jalannya distribusi hewan ternak.
Sangat dianjurkan bagi hewan ternak yang diduga terjangkit penyakit antraks untuk diasingkan dengan jarak yang jauh dari hewan-hewan lainnya yang tergolong sehat. Namun, jika hewan yang diduga terjangkit radang limpa sudah mati dan menjadi bangkai tidak boleh dilakukan autopsi atau pun pembedahan. Perlakuan yang diberikan untuk meniadakan bangkai adalah dengan membakar bangkai hewan ternak dan bisa juga dengan mengubur hewan dengan radius kedalaman yang cukup jauh dari permukaan.
Namun, jika hewan ternak sudah terlanjur terjangkit oleh penyakit antraks maka hal yang bisa dilakukan yaitu memberikan antibotik dengan spektrum yang luas dan bisa juga dengan memberikan antiserum dengan titer yang tinggi yaitu kisaran 100 hingga 150 mililiter. Antibiotik dengan spektrum yang luas yaitu Procain Penisilin G, Streptomycin, kombinasi Procain Penisilin G dan Streptomycin, dan Oksitetrasiklin.
Pemberian Procain Penisilin G untuk hewan yang tergolong sebagai ruminansia besar seperti sapi dan kerbau diberikan dosis sebanyak 6.000 hingga 20.000 IU/kg berat badan hewan ternak. Untuk ruminansia kecil seperti kambing dan domba diberikan sebanyak 20.000 hingga 40.000 IU/kg berat badan hewan.
Selanjutnya, pemberian Streptomycin untuk rumiansia besar adalah 5 hingga 10 mg/kg berat badan dan untuk ruminansia kecil sebanyak 50 hingga 100 mg/kg berat badan. Oksitetrasiklin dapat diberikan sebanyak 50 mg/10 kg berat badan untuk ruminansia besar dan sebanyak 50 mg/g kg berat badan dapat diberikan kepada ruminansia kecil.
Komentar: