Ikan merupakan salah satu sumber protein yang banyak diminati oleh masyarakat. Data konsumsi ikan Indonesia menunjukkan bahwa terus terjadi peningkatan konsumsi ikan dari tahun 2010 hingga 2015. Selain karena harganya yang relatif terjangkau oleh semua kalangan, rasanya yang enak juga membuat sumber protein ini selalu dicari oleh masyarakat.
Nilai plus lain dari ikan adalah dapat dibuat menjadi berbagai jenis olahan makanan, mulai dari makanan ringan hingga menjadi lauk saat makan berat. Terdapat dua jenis ikan yang dijual di pasaran, yaitu jenis ikan laut dan jenis ikan air tawar. Kedua jenis ikan tersebut sama-sama memiliki protein yang baik bagi kesehatan tubuh.
Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas dari pada daratan. Sekitar 2/3 luas Indonesia merupakan wilayah perairan. Wilayah perairan tersebut mencakup laut, danau, waduk, sungai, dan lain-lain.
Dari jenis perairan tersebut, hampir semua daerah di Indonesia memiliki sungai. Sehingga, sungai-sungai Indonesia terkenal dengan sumber daya ikannya yang melimpah. Setiap sungai di beberapa daerah bahkan memiliki jenis ikan endemik yang tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki cara yang khas dalam mengolah ikan. Demikian juga dengan cara menangkap ikan. Metode penangkapan ikan dengan cara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat adat pada dasarnya adalah demi keberlanjutan ekonomi dan demi lingkungan tetap lestari.
Membahas tentang alat untuk menangkap ikan, sebenarnya juga akan membahas mengenai etnobiologi suatu masyarakat. Suatu masyarakat pasti akan mengupayakan agar sumber daya yang ada tetap lestari, sehingga dapat dinikmati pula oleh generasi selanjutnya.
Akan tetapi, berhubung faktor ekonomi yang mendesak dan populasi manusia yang terus meningkat, akhirnya banyak orang yang melakukan cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
Alat untuk menangkap ikan di sungai cukup banyak ragamnya. Jenis alat tangkap ikan di sungai yang populer di tengah masyarakat Indonesia antara lain: pukat/jala, alat pancing, bubu/perangkap ikan, racun, alat setrum, dan tombak. Dalam hal ini, pada dasarnya terdapat dua pilihan.
Pilihan pertama menjaga kelestarian alam dan pilihan kedua mengejar keperluan hidup. Apapun pilihannya akan ada suatu hal yang dikorbankan. Jika mengutamakan kelestarian alam, konsekuensinya adalah membatasi jumlah tangkapan ikan dengan cara memilih alat tangkap yang ramah lingkungan.
Namun, jika memilih keperluan hidup, akibatnya adalah kerusakan lingkungan yang akan berdampak pada ekonomi yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, penting dipelajari karakteristik alat tangkap dan akibat yang ditimbulkan nantinya.
1. Alat Tangkap Pukat/Jala
Alat tangkap ikan yang pertama adalah pukat/jala. Pukat merupakan alat tangkap ikan yang berbentuk jaring. Alat ini keberja seperti saringan. Semakin besar lubang/diameter, akan semakin sedikit yang terjaring. Sebaliknya, semakin kecil lubangnya akan semakin banyak yang terjaring.
Pukat seringkali disalahgunakan oleh masyarakat untuk memproleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Para penangkap ikan menggunakan pukat dengan lubang kecil sehingga ikan-ikan yang seharusnya belum boleh ditangkap ikut terbawa.
Namun demikian, jaring lebih cocok digunakan pada sungai dengan arus tenang dan tanpa batuan. Sehingga, sungai dengan arus deras dan berbatu relatif lebih aman dibanding sungai dengan arus tenang.
2. Pancingan
Alat tangkap ikan popoler kedua yaitu pancing. Alat ini bekerja dengan cara mengait ikan pada mata pancing yang berupa logam berpengait. Agar ikan bisa terjerat pada mata pancing, perlu dikaitkan umpan berupa cacing, pelet, atau makanan ikan.
Dalam satu alat pancing pada umumnya hanya menggunakan satu mata pancing, meski ada juga masyarakat yang menggunakan lebih dari satu mata pancing dalam satu alat pancing. Hasil tangkapan dengan alat ini tentu tidak banyak.
Oleh karena itu, bagi penangkap ikan yang hasilnya untuk dijual, alat ini dinilai kurang menguntungkan. Akan tetapi, dari segi keamanan bagi lingkungan, alat ini dinilai cukup ramah lingkungan.
3. Alat Tangkap Bubu
Alat tangkap ketiga adalah bubu. Di beberapa daerah, bubu juga digunakan untuk menangkap belut. Alat ini bekerja seperti perangkap. Untuk menangkap ikan, terlebih dahulu dimasukkan umpan agar ikan tergoda untuk masuk. Setelah ikan masuk, secara otomatis lubang masuk pada bubu akan menutup atau menyempit.
Sehingga, ikan yang terperangkap tidak dapat keluar kembali. Kelemahan alat ini adalah, pemasang perangkap harus tahu lokasi yang banyak ikannya. Selain itu, pemasang perangkap juga harus ingat tempat memasang bubu.
4. Bahan Kimia Racun
Alat tangkap selanjutnya yaitu racun. Beberapa masyarakat adat juga menggunakan racun alami berupa getah tanaman untuk menangkap ikan. Racun alami tentu tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan dan konsumen ikan. Akan tetapi, banyak masyarakat yang menggunakan racun sintetis berbahaya untuk menangkap ikan.
Selain berbahaya bagi lingkungan karena dapat membunuh hampir semua organisme sungai, racun buatan juga sulit terurai oleh alam sehingga terus mengalir dan meracuni sungai di bagian hilir. Bahaya yang tidak dapat dihindari adalah, manusia memakan ikan yang diracun tersebut, sehingga terjadi akumulasi racun dalam tubuh. Penumpukan racun lambat laun akan mengakibatkan beberapa penyakit dan gangguan fungsi tubuh.
5. Alat Setrum Ikan
Alat tangkap lain yang sering digunakan yaitu alat setrum. Sumber listrik yang digunakan biasanya adalah aki. Arus listrik dialirkan melalui kawat positif dan negatif kemudian dicelupkan ke dalam air. Cara ini tidak hanya berbahaya bagi ikan, tetapi juga bagi organisme air dan manusia yang menyetrum.
Arus litrik yang merambat dalam air akan membunuh semua organisme air yang dilaluinya. Pada ikan, biasanya setelah terkena setrum akan mengalami kehilangan kesadaran atau mati. Saat itulah ikan-ikan tersebut akan diambil menggunakan jaring atau alat tangkap lain.
6. Tombak
Alat tangkap terakhir yaitu tombak. Tombak bukan alat yang terlalu populer untuk menangkap ikan. Alat ini membutuhkan keterampilan khusus dalam menggunakannya. Alat ini memang tidak terlalu bahaya bagi lingkungan. Namun, perlu diperhatikan bahwa biasanya juga digunakan racun pada ujung mata tombak. Tidak banyak masyarakat yang menggunakan cara ini untuk menangkap ikan, karena dinilai sulit dan hasilnya tidak maksimal.
Berdasarkan penjelasan alat tangkap ikan di sungai, pilihan alat tangkap terbaik sejatinya kembali kepada individu penangkap ikan. Setiap alat yang digunakan tentu memiliki akibat dan konsekuensi yang harus ditanggung. Pilihan pertama adalah untuk menjaga kelestarian ikan demi sustainable oconomy, atau pilihan kedua memaksimalkan hasil tangkapan saat itu juga tanpa memperhatikan lingkungan. Akan tetapi, demi kelestrian yang bisa dinikmati generasi berikutnya, selalu gunakan alat tangkap ramah lingkungan.
Komentar: