Salah satu produk perkebunan Indonesia sebagai bahan baku pembuatan coklat terbaik di dunia ada di negara kita. Indonesia dengan sebutan ‘ negara yang diciptakan oleh Tuhan ketika tersenyum’ memang benar adanya. Dengan laha pertanian yang subur terbentang dari sabang sampai merauke. Lahan di beberapa wilayah Indonesia yang ternyata tidak cocok untuk pertanian nyatanya dapat dialokasikan dan sangat baik ketika diaplikasikan menjadi perkebunan. Dengan iklim dan musim yang sangat memicu pertumbuhan pertanian dan hasil alam lainnya yang baik seharusnya dapat menjadi stimulus bagi peningkatan hasil alam dari negara kepulauan terbesar di dunia ini. Indonesia adalah negara dengan penghasil kopi terbaik dan terbesar, penghasl rotan, sampai penghasil rempah-rempah yang dari dulu menjadi incaran penjajah dan kini menjadi incaran para investor dan negara asing. Dengan keadan alam yang serba menyenangkan tersebut sudah sepatutnya Indonesia jika diberi sentuhan sedikit saja bisa menguasai dunia. Namun hingga saat ini Indonesia rasanya membutuhkan sentuhan yang lebih menyeluruh untuk dapat sejajar dengan negara maju lainnya setidaknya.
Bahan atau produk alam yang dari dulu sampai sekarang masih menjadi tumpuan dan andalan masyarakat Indonesia dalam merebut hati pasar dunia. Selain kopi yang menjadi primadona bagi penikmat minuman di belahan dunia lainnya ternyata kakao diam-diam mencuri perhatian pasar global. Kualitas kakao yang baik membuat bahan dasar coklat ini mampu menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga setelah Ghana dan Pantai Gading. Wapres Indonesia, JK sempat menyinggung ketika menghadiri acara Rapat Pembangunan Regional Sulawesi bahwa wilayah Indonesia mampu digalakkan lebih keras lagi untuk bisa menempati urutan kedua atau bahkan pertama sebagai negara pengekspor biji kakao terbesar di dunia. Dengan keadaan wilayah dan lahan yang baik dirasa bukan tidak mungkin jika pengelolaan kakao Indonesia lebih ditingkatkan lagi mutunya akan menguasai pasar global. Untuk menggeser Ghana, Indonesia perlu meningkatkan jumlah produk kakao yang diekspor sekitar 800 ribu ton, dan itu rasanya pasti dapat terpenuhi dengan luas lahan penghasil kakao saat ini yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Untuk mencapai target sebagai negara nomor satu yang menjadi pengekspor biji kakao di dunia, Indonesia perlu taktik dan strategi yang bagus dengan keadaan wilayah geografis yang ada. Strategi pertama yang diucapkan oleh staff pemerintah adalah dengan perluasan lahan yang masih dimungkinkan. Nah, jika lahan dapat diperluas dan ditambah, dengan perlakuan lahan sebelumnya yang sama, sudah pasti produktvitas akan semakin naik dan lebih besar dari tahun sebelumnya. Strategi kedua adalah dengan pembuatan bibit atau varietas yang unggul. Disini dibutuhkan peran tenaga pendidik, ahli, dan mahasiswa yang memang sering melakukan penelitian untuk menemukan varietas yang lebih unggul sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kakao yang dihasilkan di negara Indonesia ini. Sebenarnya banyak kegiatan penelitian yang dilakukan oleh beberapa tenaga ahli yang ada di Indonesia. Namun, hasil dari penelitian tersebut sering kali mangkrak dan menumpuk di tumpukan laporan yang bertempat di kantor-kantor pemerintahan setempat. Kurangnya penyuluhan dan harga varietas yang terjangkau membuat varietas unggul tersebut sering tidak tersampaikan kepada tangan petani kakao. Akhirnya produktivitas tetap saja tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya mungkin dapat digunakan teknik pemberantasan hama yang biasanya menyerang tanaman atau pohon kakao. Pemberantasan hama lebih diutamakan menggunakan bahan alami. Karena pada dewasa ini sudah banyak negara yang menganut Sustainable Development Goals yang salah satunya juga mengurangi penggunaan bahan kimia. Nah, sudah banyak juga negara di belahan dunia yang kini lebih memeprhatikan kesehatan. Sehingga mereka lebih sering membeli bahan pangan organik. Karena sasaran produksi kakao Indonesia ini diekspor ke negara maju, ldisarankan untuk mengikuti aturan atau selesar dari produsen di negara maju tersebut dengan memberikan kelebihan yang mungkin tidak diberi dan dimiliki oleh negara pengekspor biji kakao yang lainnya. Yang perlu ditekankan lagi adalah mengenai penanganan pasca panen. Pengolahan off farm harus digalakkan demi meningkatkan value added sehingga produk Indonesia di komoditi kakao ini lebih dihargai tinggi dan dapat bersaing secara luas dengan negara lain di pasar global.
Komentar: