Dewasa ini kebutuhan manusia semakin kompleks. Sebagian besar teknologi yang digunakan memang diakui sangat membantu dalam hal penyelesaian pekerjaan manusia. Tenaga mesin yang diciptakan mayoritas membutuhkan minyak sebagai bahan bakarnya. Padahal kita tahu minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Itu artinya, minyak cepat atau lambat akan habis seiring berjalannya waktu. Menyadari akan hal itu, banyak ilmuwan di dunia ini yang bermunculan untuk mengembangkan teknologi sebagai pengganti mesin dengan bahan bakar minyak. Namun ada juga ahli di dunia ini yang menciptakan pengganti bahan bakar minyak ini. Seperti yang kita tahu, saat ini kerap terdengar istilah biogas. Lalu apa sih biogas itu ? biogas adalah merupakan bahan bakar minyak yang berasal dari makhluk hidup. Jika yang kita ketahui minyak berasal dari fosil yang terpendam jutaan tahun, ternyata bahan bakar yang terbuat dari makhluk hidup ini juga dapat digunakan sebagai pengganti minyak pada umumnya. Bagian dari mahkhluk hidup yang digunakan untuk pembuatan biogas biasanya berasal dari kotoran yang dikeluarkan oleh hewan atau manusia. Dengan kemajuan pendidikan yang pesat, banyak dilakukan penelitian oleh anak bangsa khususnya dalam menciptakan biogas dari berbagai bahan. Jadi para pembaca dapat mengaplikasikan biogas yang kini akan kita ulas dengan mengganti gas elpigi yang banyak kita jumpai di setiap rumah di wilayah Indonesia. Selain untuk menghemat kantong, penggunaan biogas juga mengantisipai jika bahan bakar fosil tersebut habis pada masa tertentu. Selain itu, penggunaan biogas juga ramah akan lingkungan dan terjangkau oleh masyarakat bawah khususnya.
Fermentasi dari bahan organik yang nantinya akan meghasilkan biogas antara lain berupa metana dengan kandungan sebesar 60 sampai 65 persen, lalu karbondioksida atau CO2 dengan kandungan sebesar 30 sampai 35 persen, nitrogen atau N2 berkisar 0.3 persen, gas hidrogen atau H2 yang memiliki kandungan sekitar 5 persen, hidrogen sulfida atau H2S berkisar 3 persen, dan oksigen atau O2 sekitar 0.5 persen. Cara pembuatan instalasi biogas ini sendiri juga dapat dibilang cukup sederhana dan tidak memerlukan alat yang rumit. Berikut akan dijelaskan uraian singkat cara membuat komponen instalasi biogas secara simple.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menyiapkan plastik polyethilen. Plastik polyethilen ini akan digunakan sebagai digester polyethilen. Dari plastik ethilen dibuat rangkap dua untuk menghindari kebocoran yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Dari plastik ethilen ini, bagian ujung akan digunakan sebagai inlet maupun outlet. Ujung plastik ethylen diletakkan sama posisinya atau bisa dibilang sejajar karena jika digester nantinya sudah penuh atau maksimal maka akan dikeluarkan melalui ujung plastik ethylen yang disebut sebagai outlet. Kapasitas penuh dari digester itu sendiri bervariasi, tetapi pada umumnya dibuat agar dapat menampung volume dari kotoran sekitar 80 atau sampai 85 persen.
Setelah itu, ada bagian tengah dari kerangka tersebut diberi lubang kecil yang berfungsi sebagai tempat keluarnya gas yang terbentuk. Nah dari lubang kecil tersebut harus disambungkan dengan pipa jenis paralon yang ukurannya sesuai dengan lubang yang telah dibuat pada awal yakni lubang kecil yang ada di tengah plastik ethylen tersebut. Ketika sudah disambungkan antara plastik dan pipa jenis paralon, maka akan mengalirlah gas dari plastik ke dalam pipa paralon ini. Untuk selanjutnya wajib dibuat penampung yang nanti fungsinya sebagai wadah transit dari gas yang telah terbentuk. Jangan lupa untuk membuat penutup. Jika tidak dipakai penutup, gas yang terbentuk akan terbuang ke udara dan hilang. Lalu diujung tampungan dipasang kompor yang fungsinya sebagai tempat penguji gas yang telah terbentuk. Lalu cara pembuatan biogas itu sendiri juga terkesan mudah. Seperti yang pertama menyediakan kotoran hewan. Jika sudah tersedia maka dicampurkan dengan air agar memiliki tekstur yang homogen. Setelah terbentuk, maka kotoran yang telah bercamour air tersebut dimasukkan ke dalam plastik ethylen dari inletnya dengan mengisi sekitar 85 persen dari volumenya. Sebelum dimasukkan terlebih dahulu diukur pH dan suhu. Lalu cara melihat apakah gas sudah terbentuk atau belum yaitu lewat penampungan. Biasanya yang sering dijumpai jika gas sukses terbentuk akan menunjukkan penggelembungan pada penampungan.
Komentar: