Mengelola suatu lahan pertanian memang ada aturannya. Tidak boleh asal-asalan karena jika salah langkah sedikit saja bisa membuat gagal panen atau masalah lainnya yang membuat produk pertanian tidak optimal. Nenek moyang kita dari dahulu banyak yang tidak mengenyam pendidikan, tetapi kok bisa mengelola lahan pertanian yang mayoritas dulu luas?. Mungkin pertanyaan ini kerap terlintas di benak kalian. Ternyata nenek moyang dulu mendapatkan pengetahuan dari pengalaman. Pengalaman jika melakukan tindakan A akan berakibat pada kondisi A misalnya. Dari kejadianitulah mereka belajar dan mengaplikasikannya setiap kali akan memulai aktivitas pertanian. Namun kalau hanya mengandalkan pengetahuan seperti itu saja sedikit kemungkinan petani kita akan sejahtera nantinya. Aktivitas petani yang dirasa kurang efektif dan efisien menjadi dasar pentingnya pengetahuan bagi para petani. Pengetahuan dibagi menjadi dua macam. Bisa berjenis formal maupun informal. Pengetahuan formal diberikan di bangku sekolahan maupun kuliahan. Nah problematika muncul disini. Mayoritas petani di Indonesia ini tidak mengenyam bangku sekolahan. Atau kalaupun ada yan pernah mendapat pendidikan formal itupun biasanya hanya sampai SD atau SMP paling maksimal. Untuk lulusan SMA banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih bekerja di toko atau di sektor bangunan.
Nah untuk petani yang berumur lanjut ini yang hanya berpendidikan SD, mereka lebih percaya pada tata cara produksi pertanian yang diwariskan secara turun temurun. Padahal kalau mereka dapat mengaplikasikan perkembangan teknologi yang ada saat ini, bisa dipastikan hasil panen dari produk pertanian mereka akan jauh lebih besar jumlahnya. Tapi lagi-lagi jika menyangkut masalah pendidikan, kita tidak bisa berbuat banyak. Maka dari itu, banyak perguruan tinggi yang memunculkan fakultas di bidang pertanian dengan berbagai jurusan yang nantinya diharapkan dapat memberikan inovasi serta melahirkan petani-petani Indonesia yang canggih dan bisa meningkatkan produksi pertanian Indonesia. Namun tidak jarang lulusan pertanian itu sendiri setelah wisuda tidak meneruskan perjuangannya di bidang pertanian. Mereka lebih memilih pekerjaan yang tidak kotor dan lebih menjanjikan. Padahal kebutuhan pangan yang terus meningkat karena membludaknya jumlah penduduk dunia mengharuskan petani-petani pandai mengakali tata cara produksi mereka agar tetap cukup memberikan asupan pangan bagi negara-negara di dunia.
Pengetahuan lain yang dapat disalurkan yaitu melalui jenis pengetahuan informal. Jalan yang bisa ditempuh seperti pemberian penyuluhan kepada petani dari dinas-dinas yang terkait. Cara ini biasanya lebih efektif untuk memberikan edukasi kepada petani bagaimana seharusnya menjalankan aktivitas produksi yang efektif dan efisien. Penyaluran inovasi yang diciptakan oleh civitas akademika sering dilakukan dan mendapatkan hasil yang optimal. Namun ditemui kendala-kendala saat di lapangan. Beberapa hambatannya yaitu, kurang meratanya penyuluhan yang dilakukan. Masih banyak desa di Indonesia yang bahkan tidak pernah terjamah oleh penyuluh sehingga kegiatan produksi pertanian berjalan itu-itu saja dan belum mengalami tanda-tanda efektif dan efisien. Riset dan penelitian memang banyak dilakukan oleh dinas pemerintahan yang bekerja sama dengan dosen maupun mahasiswa. Namun ketika inovasi itu tercipta, sedikit sekali yang disampaikan pada masyarakat dan sering hilang begitu saja.
Contoh yang mudah kita temukan seperti penggunaan pupuk kimia. Petani kita yang sering dimanjakan dengan cara yang instan dan hasil yang tinggi membuat mereka lebih sedikit berinovasi. Tidak heran produk pertanian kita kalah saing dengan negara lain. Aktivitas petani yang hanya stuck di penjualan hasil panen dalam bentuk mentah, padahal jika produk pertanian diolah lebih lanjut dapat memberikan nilai tambah yang nantinya akan meningkatkan harga jual di pasar pertanian. Maka dari itu pengetahuan adalah hal yang mendasari seluruh kegiatan pertanian khususnya agar dapat berjalan lebih maju dan bisa sejajar dengan negara maju lainnya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh disia-siakan begitu saja. Petani utamanya harus berperan aktif dalam menciptakan inovasi guna bersaing secara global. Peran pihak lainnya adalah mahasiswa Indonesia yang turut serta mempopulerkan bidang agriculture dengan mengamalkan ilmu atau riset yang telah dilakukan supaya dapat bermanfaat bagi petanian Indonesia khususnya.
Komentar: