Sektor pertanian berperan sebagai mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia. Di beberapa negara, sektor ini mampu memakmurkan rakyatnya dengan memproduksi produk pertanian lokal sekaligus berkualitas ekspor. Saat ini pertanian Indonesia terus berkembang agar dapat bersaing dengan negara lain, minimal di skala ASEAN. Produsen beras tertinggi di dunia saat ini masih dipegang negara Tiongkok. Indonesia ternyata juga mengimpor berasnya dari negara ASEAN, yaitu Thailand dan Vietnam. Padahal sebagai produsen beras ketiga tertinggi di dunia seharusnya bisa mengatasi permintaan impor ini. Kendalanya adalah ongkos produksi dalam negeri yang mahal dan panjangnya jalur distribusi sehingga memungkinkan untuk melakukan impor karena harga yang ditawarkan lebih murah.
Selain komoditas beras, ada juga komoditas hortikultura, peternakan, perikanan, dan sebagainya yang menemui masalah, baik itu dari proses budidaya hingga pengolahannya. Faktor in situ seperti ketidaksesuaian lahan berpengaruh besar terhadap produksi pertanian. Faktor teknologi juga berdampak besar terhadap keberlangsungan kegiatan pertanian. Aplikasi IPTEK di setiap proses tersebut dapat memangkas waktu, memangkas biaya produksi, dan kedepannya bisa saja menggantikan posisi manusia dalam melakukan pekerjaan. Dalam memenuhi produksi yang cukup, dapat dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Penerapan teknologi dilakukan mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Berikut 5 contoh penerapan IPTEK di bidang pertanian:
- Penerapan teknik cover crop
Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) merupakan salah satu contoh teknik konservasi tanah secara vegetatif. Peran dari tanaman penutup tanah adalah menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga mengurangi erosi. Menurut Sarief (1985), fungsi dari tanaman penutup tanah adalah memelihara struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian hara, dan menekan pertumbuhan gulma, sehingga menambah kemampuan tanah dalam mendukung tanaman di atasnya.
- Sistem jajar legowo super pada tanaman padi
Teknologi jajar legowo super adalah contoh teknologi budidaya padi hasil inovasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Jajar legowo atau sering disingkat jarwo sudah dikenal cukup lama di kalangan petani dan penyuluh. Cirri yang membedakan dari sistem penanaman lainnya adalah sistem jarwo menggunakan pola jarak tanam 2:1 atau 4:1. Sistem jarwo super menggunakan varietas unggul baru (VUB) yang berpotensi menghasilkan produksi tinggi, seperti Inpari 30, Inpari 32, dan Inpari 33.
- Sistem irigasi tetes (drip irrigation)
Irigasi adalah suatu kegiatan pengairan di lahan sawah, perkebunan, ladang, rawa, perikanan, dan lain-lain. Di dalam usaha pengairan ini dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air secara teratur dan kontinu dan meminimalisir air yang terbuang percuma. Sistem irigasi yang banyak dikenal adalah fertigasi, irigasi lokal, irigasi semprot, dan irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan cara pengairan dengan meneteskan air melalui pipa yang dilakukan serentak di sekitar tanaman atau di sepanjang larikan tanaman. Melalui sistem ini hanya sebagian akar yang terbasahi dan air dapat diserap dengan cepat pada kondisi kelembapan tanah yang rendah. Oleh karena itu, keuntungan dari sistem drip irrigation adalah menghemat penggunaan air.
- Mesin panen
Proses panen merupakan masa sensitif dari suatu kegiatan pertanian. Dari panenlah diperoleh produk yang diinginkan. Apabila selama proses panen tidak mendapat perhatian khusus, seperti cara panen yang salah dan waktu panen yang tidak tepat akan berdampak pada kualitas dan kualitas hasil panen. Apalagi untuk tanaman padi yang ditanam secara serentak, maka saat memasuki masa panen dibutuhkan tenaga kerja yang mencukupi. Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah minimnya jumlah tenaga kerja sehingga kegiatan panen dilakukan secara bertahap dan berakibat pada hasil panen yang berbeda kualitasnya. Oleh karena itu, diterapkanlah mekanisasi pemanenan menggunakan mesin yang dapat membantu manusia dalam mengefisiensi waktu pemanenan. Beberapa jenis mesin panen padi, yaitu binder, reaper, dan combine harvester.
- Mesin perontok padi
Perontokkan biji-bijian khususnya pada tanaman padi dilakukan setelah panen. Kegiatan perontokkan padi dapat dilakukan secara konvensional dengan bantuan tangan manusia atau secara modern dengan bantuan mesin perontok padi. Kekurangan dari melakukan perontokkan padi dengan tangan adalah tidak semua biji dapat rontok sehingga menimbulkan kebusukan dan membutuhkan tenaga yang besar. Oleh karena itu ditemukan mesin perontok padi untuk memperbesar kapasitas kerja dan memisahkan gabah dari tangkai malai sehingga diperoleh mutu beras yang baik.
Komentar: