Bekerja di rumah mungkin menjadi dambaan bagi beberapa orang, terutama kaum wanita dan ibu-ibu. Banyak keuntungan apabila kita bekerja di rumah, antara lain yaitu tidak ada pimpinan atau atasan yang mengatur pekerjaan, bebas dalam memanfaatkan waktu, dekat dengan anggota keluarga, dan memerlukan modal yang kecil. Meskipun banyak keuntungan yang akan didapatkan, ternyata kebanyakan dari masyarakat masih menunda untuk memulai usahanya.
Artikel kali ini akan membahas jenis-jenis usaha budidaya yang dilakukan di rumah dengan modal kecil namun memiliki keuntungan yang besar. Usaha budidaya yang akan dibahas tidak hanya budidaya ternak, tetapi juga dibahas mengenai budidaya tanaman.
2. Budidaya Ulat Hongkong
Ulat hongkong merupakan salah satu jenis ulat yang sering digunakan sebagai pakan burung kicau. Kandungan gizi yang tinggi menyebabkan ulat jenis ini banyak dicari oleh kicaumania. Cara budidaya ulat hongkong ini dibilang cukup mudah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah persiapan kandang dan penyiapan indukan.
Kandang yang diperlukan bisa terbuat dari kayu triplek maupun asbak plastik yang bisa dibeli di toko. Kotak triplek atau asbak plastik selanjutnya bisa ditempatkan pada rak sedemikian rupa. Kotak-kotak tersebut diisi dengan polar gandum sebagai alas kotak.
Persiapan indukan ini bisa dilakukan dengan menyiapkan kurang lebih 1 Kg ulat hongkong dewasa. Ulat dewasa yang memiliki ukaran berkisar 2 cm dan diameter 3 mm akan menjadi kepompong dalam waktu 7-10 hari. Apabila ulat yang dipakai untuk indukan berukuran kurang dari 2 cm atau belum dewasa, perlu waktu 3,5 bulan untuk berubah menjadi kepompong. Kepompong selanjutnya dipanen dalam waktu tiga hari sekali. Kepompong yang dipanen dipindahkan ke tempat berbeda dan dibiarkan sampai menjadi imago atau berubah menjadi kepik hitam.
Kepik hitam yang sudah siap kawin atau bertelur dipindahkan ke tempat yang telah diberi alas kapas basah. Tujuan diberi alas kapas basah ini adalah sebagai media bertelur kepik hitam. Kapas basah yang sudah dipenuhi telur kemudian dipindahkan ke tempat berbeda, dan kapas tersebut diganti dengan kapas basah yang baru. Penggantian kapas ini dilakukan dalam waktu tujuh hari sekali. Telur yang dipindah akan menetas dalam waktu 10 hari.
Pakan yang dapat diberikan untuk ulat yang baru menetas adalah caisin atau selada yang telah dikering anginkan. Apabila ulat sudah berumur satu bulan, dapat diberi pakan berupa ampas tahu setiap hari hingga masa panen. Pemberian pakan ini dilakukan setiap sore hari. Sebagai bahan minumnya, ulat hongkong dapat diberi pepaya muda yang diberikan setiap dua hari sekali.
Pemeliharaan ulat hongkong ini terbilang mudah. Ulat yang telah dipindahkan ke tempat pemeliharaan akan siap panen kurang lebih selama 50 hari. Tempat yang diperlukan untuk pemeliharaan ulat hongkong ini adalah wadah kotak yang terbuat dari triplek maupun plastik dan disusun dalam rak-rak bertingkat. Tempat pemeliharaan diusahakan terhindar dari gangguan tikus, semut, atau hewan predator lainnya yang memangsa ulat hongkong. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan ulat hongkong berkisar 29-30 derajat celsius. Selama pemeliharaan, perlu diperhatikan juga warna kulit ulat hongkong. Warna kulit yang normal biasanya berwarna kuning keemasan. Apabila terdapat beberapa ekor ulat yang berwarna hitam atau merah, segera dibersihkan dari tempat pemeliharaan.
2. Budidaya Cacing
Sebagian masyarakat pasti merasa jijik apabila mendengar kata “cacing” disebutkan. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya menjadikan cacing sebagai penghasilan rumahan yang menjanjikan.
Jenis cacing yang sering dibudidayakan adalah Lumbricus rubellus. Spesies cacing ini memiliki siklus hidup yang lebih cepat dibandingkan dengan spesies lainnya. Selain mudah dalam perawatan dan pemeliharaan, cacing Lumbricus rubellus juga menjadi incaran di dunia pertanian, peternakan, dan farmasi.
Upaya yang perlu dilakukan untuk budidaya cacing ini di antaranya adalah persiapan, yang meliputi lokasi budidaya, sarana dan prasarana, serta pembibitan. Lokasi budidaya yang perlu disiapkan yaitu media tumbuh cacing. Media tumbuh ini dapat menggunakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi. Karena cacing lebih menyukai bahan-bahan yang belum terurai secara sempurna. Tanah yang digunakan memiliki pH berkisar antara 6-7. Suhu tanah yang diperlukan berkisar antara 15-25 derajat celsius. Supaya pertumbuhan cacing optimal, kadar kelembapan harus dipertahankan pada kisaran 15-30%.
Seperti halnya dengan ternak ulat hongkong, wadah yang digunakan untuk budidaya cacing ini dapat terbuat dari bahan yang murah.. Ukuran wadah yang biasa digunakan yaitu 1.5 m x 18 m x 0.45 m. Wadah-wadah tersebut selanjutnya disusun dalam rak-rak yang tinggi.
Bibit cacing tanah dapat dicari di alam bebas atau membeli di toko-toko yang menjual cacing tanah. Bibit cacing tanah yang sudah dimiliki selanjutanya dimasukkan ke dalam media tumbuh. Apabila media tumbuh cocok, cacing akan bertahan, tetapi apabila media tumbuh tidak cocok, cacing akan berkeliaran dan keluar dari wadah.
Cacing tanah yang menjadi indukan akan menghasilkan anakan rata-rata 4 anakan. Diperkirakan setiap 100 indukan dapat menghasilkan 100.000 ekor anakan tiap tahunnya. Anakan ini dipelihara sampai masa panen tiba. Cacing yang dipelihara, diberi pakan kotoran hewan yang telah dihaluskan menjadi bubur. Perbandingan pakan dengan air adalah 1:1.
Selain biomassa (cacing) yang dipanen, ternyata tempat atau media tumbuh cacing juga dapat dipanen. Media tumbuh cacing ini sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan media tanam karena memiliki porositas tinggi dan telah diolah oleh cacing tanah.
Komentar: