Bulan suci Ramadan dan Idul Fitri tidak hanya menjadi hari yang ditunggu namun juga diwaspadai kedatangannya. Sebab tak hanya suasana ibadah dan festival yang terasa, menohoknya harga beras kerap kali mampu melumpuhkan perekonomian individu. Di sisi lain, pedagang juga kerap kewalahan karena mesti menanggung rugi karena mahalnya harga beras membuat mereka harus dipepet ketentuan harga ecer dan margin keuntungan. Keadaan ini membawa penjabaran solusi cara pemerintah turunkan harga beras sebelum bulan puasa.
Memenuhi Cadangan Beras di Gudang
Mahalnya harga beras juga disebabkan pasokan yang tidak mencukupi dan kerap terlambat. Seperti salah satunya yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta yang mengakibatkan harga beras berbagai jenis naik tak terkendali. Guna mengatasi hal ini, pemerintah menargetkan penyerapan beras yang diestimasi mencapai 2,2 juta ton hingga akhir Juni 2018. Penyerapan ini dinilai sangat penting untuk cadangan beras milik pemerintah khususnya di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog).
Penyerapan beras akan berusaha dipenuhi pemerintah hingga masa panen kembali. Apabila cadangan beras pemerintah mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk, bukan tak mungkin kemampuan swadaya pangan perlahan akan kembali. Dengan alasan ini, seperti disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi secara tertulis, gudang Bulog terus berusaha dipenuhi dengan cadangan beras dari berbagai kualitas.
Membeli Beras Sebanyak Mungkin dari Petani
Selain memenuhi cadangan beras di gudang Bulog, Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan bahwa diperlukan operasi pasar besar dan pembelian gabah juga beras dari petani untuk menjaga persediaan beras tetap ada hingga akhir Juni, seusai Idul Fitri. Stok diharapkan terus terjaga sekitar 1 juta ton sampai Agustus. Dengan begini penormalan harga jual beli beras agar tak melonjak seharusnya menjadi sesuatu yang tak perlu ditakutkan akan gagal.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) akan penurunan harga juga mendukung gencarnya pembelian beras sebanyak-banyaknya oleh pemerintah. Gabah Kering Panen (GKP) atau padi yang baru dipanen dan Gabah Kering Giling (GKG) atau beras yang sudah hampir siap mengalami penurunan pada Februari 2018. Penurunan harga bisa terjadi karena masa panen di beberapa wilayah sudah mulai terjadi meski belum besar-besaran.
GKP tercatat turun 3,84% menjadi Rp 5.207 per kilo di level petani dan turun 3.70% menjadi Rp 5.305 di level penggilingan. Untuk GKG, meski tak signifikan harganya juga turun menjadi Rp 5.961 (0,68%) di level petani dan menjadi Rp 6.094 (0.08%) di level penggilingan.
Akan tetapi harga pada beras yang siap edar baik yang memiliki kualitas premium, medium, maupun rendah masih tetap mengalami kenaikan. Keterangan Suhariyanto, Kepala BPS, kenaikan harga berbeda-beda untuk setiap jenis beras dengan yang paling tinggi justru pada beras kualitas rendah. Beras kualitas premium naik menjadi Rp 10.382 (0,31%), kualitas medium menjadi Rp 10.215 (0,37%), dan kualitas rendah menjadi Rp 9.987 (1,99%).
Darmin Nasution menyampaikan bahwa Jokowi meminta harga pangan khususnya beras dikembalikan sebelum memasuki puasa dan lebaran pada saat rapat internal bersama para menteri kabinet kerja di Istana Kepresidenan 1 Maret 2018 lalu. Darmin pun menanggapi kenaikan harga yang kemungkinan akan terus bergejolak ini, berusaha mengerahkan timnya untuk mempercepat perederan beras sejahtera (Rastra) dan operasi pasar agar harga beras di bulan puasa tetap bisa terjaga.
gambar : metrotvnews
Komentar: