Saat kita membicarakan pertanian kita tentu akan membahas tentang desa. Begitu pula sebaliknya, saat kita ingin melihat kondisi desa maka kita bisa memandang fakta dunia pertanian yang ada di Indonesia. Kedua hal ini berkaitan dengan sangat erat dan hingga kini belum bisa dipisahkan. Karena pertanian di Indonesia semuanya diproduksi dari tangan–tangan petani di eilayah pedesaan. Melihat desa adalah melihat pertanian.
Tidak heran jika pertanian di Indonesia belum bisa berkembang dengan baik melihat masih banyaknya jumlah desa yang masih dalam kategori kurang berkembang. Data dari Kementerian Pedesaan, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) menunjukkan bahwa dari total 74093 desa di Indonesia, hanya 3.91 persen yang masuk dalam kategori maju.
Selebihnya 27.23 persen adalah desa tertinggal dan 68.85 persen baru masuk kategori berkembang. Data BPS juga menunjukan menunjukan bahwa dari 127.8 ribu angkatan kerja, 7 ribu diantaranya adalah pengangguran yang sebagian besar berada di daerah pedesaan. Masalah lain yang muncul adalah semakin turunya minat pemuda desa untuk masuk dunia pertanian.
Sensus pertanian yang dilakukan oleh BPS tahun 2013 dengan jelas membuktikan terjadi penurunan yang signifikan jumlah tenaga pertanian. Dari tahun 2002-2003 tenaga pertanian turun hampir 50% . Bayangkan di tahun 2017 ini jumlah petani semakin sedikit lagi. Pemuda usia produktif desa lebih tertarik untuk bekerja di kota daripada menjadi petani.
Masyarakat geografi Indonesia yang berjudul suara petani menyatakan bahwa petani adalah “kaum buruh di tanah yang merdeka”. Bagaimana mungkin negara ini akan melakukan swasembada pangan saat yang memproduksi pangan adalah masyarakat dari lapisan paling bawah di negeri ini. Fenomena yang terjadi saat ini adalah lahan dikuasai oleh tuan tanah dan masyarakat sekitar hanya dijadikan buruh lepas untuk menggarap lahan.
BPS mencatat Kemiskinan di Indonesia terus berkurang hingga angka 14%, ternyata ini hanyalah angka belaka. Kemiskinan hanya turun di daerah perkotaan, sedangkan di Indonesia tingkat kemiskinan semakin naik. Para petani semakin miskin dan kekurangan lahan. Berberapa upaya pemerintah secara empiris bisa kita nyatakan gagal melihat kondisi kemisikinan yang ada di Indonesia.
Source: Keuangandesa
Era Bapak Jokowi sudah benar dengan memprioritaskan desa dalam program Nawacipta yang saat ini pemerintah terapkan. Desa diberikan alokasi dana hingga milyaran rupiah untuk melakukan pengembangan baik sistem, sarana prasarana dan pegembangan kapasitas anggotanya. Hal ini sejalan dengan tujuan membangun desa untuk mengembangkan pertanian Indonesia. Berbagai pihak harus terus bersinergi untuk mamwujudkan impian ini.
Desa adalah wadah bagi pertanian dan saat ini peran desa dalam menyokong pertanian memang belum optimal. Namun bukan hal yang mustahil kemajuan bangsa Indonesia dimotori dari desa. Sejatinya desa bukan lagi menjadi latar belakang Indonesia, tetapi bisa menjadi halaman depan bangsa yang menyokong kehidupan berjuta -juta rakyat. Sudah saatnya desa bisa membangun pertanian Indonesia.
Komentar: