Daging sapi merupakan salah satu komoditas pasar yang berharga mahal. Bahkan BBC Indonesia menyatakan bahwa harga daging sapi di Indonesia paling tidak terjangkau dibandingkan negara lain. Hal ini terjadi karena upah minimum di Indonesia masih terlalu kecil. Akibatnya, harga daging sapi yang mahal makin tidak terjangkau. Kenaikan daging sapi tertinggi biasanya tercatat saat mendekati bulan Ramadhan dan Idul Adha.
Normalnya, satu kilo daging sapi memiliki kisaran harga diantara Rp.80.000 hingga Rp.100.000. Namun, pada periode tertentu, misalnya saat hari raya, harganya bisa naik hingga Rp.120.000/Kg. Tingginya harga daging sapi menyebabkan jumlah konsumsi daging perkapita di Indonesia hanya sekitar 2,3/tahun. Banyak hal yang menjadi sebab mengapa harga daging sapi di Indonesia tidak terjangkau. Penjelasan dari masing-masing faktor penyebab mahalnya daging sapi adalah sebagai berikut:
Harga Beli Sapi dan Biaya Transportasi yang Mahal
Kenaikan harga jual beli daging sapi ini tidak lepas dari tingginya harga beli sapi dari peternak daerah yang mencapai Rp.20.000.000 perekornya. Meski harganya mahal, umumnya seekor sapi hanya memiliki daging seberat 1.8 hingga 2 kuintal. Akibatnya, harga jual daging sapi di pasaran juga tinggi.
Tingginya harga seekor sapi di pasaran diakibatkan oleh biaya proses penggemukan dan transportasi yang tinggi. Selain biaya transportasi sapi dari daerah, biaya transportasi daging dari RPH (rumah poton hewan) juga tinggi. Umumnya satu kuintal daging harus ditransportasikan dengan biaya sebesar rata-rata Rp.100.500. Solusi dari masalah ini adalah meregulasi biaya retribusi dari transportasi daging sapi, agar harga jual daging tidak meroket.
Pendapatan Warga Daerah Tidak Menjangkau Harga Beli Daging
Upah minimum di daerah lebih kecil dari pada upah minimum perkotaan. Artinya, pendapatan warga di daerah terpencil tidak menjangkau harga beli daging. Umumnya daging identik dengan makanan masyarakat menengah keatas yang tinggal di daerah perkotaan dengan UMR tinggi. Sedangkan bagi warga daerah terpencil yang memiliki pendapatan lebih rendah, daging sapi adalah makanan yang mewah. Akibatnya, konsumsi daging sapi di Indonesia sangat rendah, jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Baca Juga : 4 Jenis sapi hasil kawin silang
Rantai Distribusi yang Terlalu Panjang
Hizkia Respatiadi Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan, bahwa rantai distribusi daging sapi mencapai tujuh hingga sembilan langkah distribusi sebelum dipasarkan ke masyarakat. Umumnya peternak kecil akan menjual sapi-sapinya ke rumah penggemukan sapi untuk meningkatkan harga jual dan bobot sapi. Selanjutnya, penjual sapi tersebut akan menjual sapi hasil penggemukan sesuai harga terbaru pada penampung ternak dan pedagang daerah yang bermuara di pengusaha rumah potong.
Pengusaha RPH akan mendistribusikan daging hasil pemotongan sapi pada pasar lokal, grosir, maupun tengkulak sebelum akhirnya dibeli oleh masyarakat sebagai konsumen utama. CIPS menyimpulkan bahwa dengan menyederhanakan rantai distribusi daging sapi dapat memotong harga jual daging sapi di pasaran hingga lebih terjangkau.
Kebijakan Impor Daging Sapi Oleh Pemerintah
Kebijakan impor daging sapi merupakan salah satu upaya untuk membuat harga daging sapi terjangkau. Sayangnya regulasi administrasi dari pemerintah membuat proses import daging sulit. Import daging hanya dapat dilakukan oleh BUMN yang telah memiliki ijin impor yang meliputi surat izin usaha perniagaan, sertifikasi kepabeaan, angka pengenal import, rekomendasi dari mentri pertanian yang disetujui mentri perdagangan. Regulasi ini memang bertujuan untuk melindungi konsumen. Namun malah mempersulit proses import daging sapi.
CIPS menyarankan agar perusahaan swasta maupun BUMN diberi kesempatan yang sama. Selain itu, segala bentuk regulasi dan administrasi harus direvisi agar lebih sederhana. Dengan demikian, proses import daging sapi akan lebih mudah. Kemudahan import sapi ini akan membantu memenuhi kebutuhan akan daging sapi tiap tahunnya.
Source Image : (Shutterstock)
Komentar: